Header

Selamat Jalan Kiai Sahal

DR KH MA Sahal Mahfudh (Mbah Sahal)

PATI – Indonesia kehilangan kiai besar. Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) DR KH MA Sahal Mahfudh yang lazim disapa Mbah Sahal wafat, Jumat (24/1) dini hari pukul 01.05 WIB. Mbah Sahal yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu wafat di kediamannya, kompleks Madrasah Aliyah Mathali’ul Falah, Kajen, Pati, Jawa Tengah.
Dalam beberapa pekan terakhir, pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen Margoyoso, Pati, Jawa tengah, itu memang mengalami penurunan kondisi kesehatan akibat gangguan jantung dan paru-paru. Mbah Sahal harus menjalani perawatan intensif di RS Kariadi, Semarang. Jumat pekan lalu, putra Mbah Sahal, Abdul Ghaffarur Rozin, sempat mengabarkan membaiknya kondisi Kiai Sahal. Namun, tiga hari setelahnya kembali labil hingga Allah SWT memanggilnya. Kiai kharismatik yang disegani di dalam dan di luar negeri ini kelahiran Pati, 17 Desember 1937 (usia 77 tahun). Sejak muda ia mengasuh Pesantren Maslakul Huda yang kini telah menghasilkan puluhan ribu alumnus. Ia menulis banyak karya di bidang fiqih dan ushul fiqih yang menjadi rujukan umat Islam di Indonesia dan dunia muslim.

Ketua GP Ansor Ace Hasan Syadzily mengatakan, Kiai Sahal adalah ulama yang betul-betul tafaquh fiddin, memiliki kemampuan pengetahuan Islam yang dalam, menguasai khazanah klasik Islam yang sangat mumpuni. “Pemahaman fiqih kontemporernya juga sangat luas dan mampu memadukannya dengan konteks kekinian. Tak banyak ulama yang sekaliber beliau,” kata Ace saat dikonfirmasi. 

Selama hidupnya, lanjut Ace, Kiai Sahal selalu bersama KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyampaikan pemikiran NU yang lebih moderat, tawasuth, toleran, dan inklusif. Di kalangan ulama, kata Ace, Kiai Sahal merupakan tokoh yang sangat hebat. Selain sebagai Rais Aam PBNU, otoritas tertinggi ulama NU, selama tiga periode sejak 1999, Mbah Sahal juga Ketua Umum MUI Pusat. “Dua-duanya merupakan jabatan yang sangat prestisius dalam konteks Islam di Indonesia,” tuturnya. Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi merasa kehilangan atas wafatnya Mbah Sahal. Baginya, Kiai Sahal adalah ulama besar yang jadi panutan warga nahdliyin dan bangsa Indonesia. “Wafatnya KH Sahal Mahfudz merupakan kehilangan besar bagi NU, umat dan bangsa Indonesia,” katanya kepada wartawan di Jakarta. Pengasuh Ponpes Al-Hikam Malang itu menambahkan, Kiai Sahal adalah pakar ilmu usul fiqih, hingga menelurkan ‘fiqih sosial’ yang membawanya mendapatkan gelar doktor honoris causa (DRHC) dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Inilah yang menyebabkan pemikiran hukum Islam beliau kental karena pemikiran beliau lebih beraliran manhaji daripada qouly,” tutur Sekjen International Conference of Islamic Scholars (ICIS) ini. Sebagai negarawan, lanjut Hasyim, konsep Kiai Sahal tentang hubungan agama dan negara sangat jelas. Yaitu beraliran inklusif substantif, sehingga menjamin terselenggaranya negara tanpa berhadap-hadapanan dengan agama, dan menjamin agama tidak ditinggalkan oleh negara. 

Sementara itu, ribuan pelayat dari berbagai daerah mengiringi proses pemakaman kiai kharismatik itu di kompleks makam Syeikh Ahmad al-Mutamakkin di Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, sekitar pukul 09.00 WIB kemarin. Jenazah Mbah Sahal disalatkan di musala kompleks Pondok Pesantren Maslakul Huda, Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Pati. Setelah itu, jenazah dibawa menuju kompleks makam Syeikh Ahmad Al-Mutamakkin yang berjarak sekitar 200 meter dengan diikuti para santri dan sejumlah kiai. Di kompleks Makam Al-Mutamakkin, sudah ada ribuan pelayat yang berjubel di depan pintu masuk makam dan sebagian sudah ada yang menunggu di dalam makam. Sekitar pukul 09.25 WIB, jenazah tiba di depan pintu masuk makam. Namun banyak pelayat yang ingin sekadar menyentuh penutup keranda atau turut membantu mengangkat keranda untuk menaiki tangga menuju kompleks makam. Petugas pengamanan yang berjaga-jaga harus bekerja ekstra untuk menghalau sejumlah pelayat yang saling berebut menyentuh penutup keranda. Setelah berjuang keras, akhirnya rombongan pembawa jenazah Kiai Sahal tersebut bisa masuk kompleks makam dengan iringan salawat dan tangis para pelayat. Ribuan pelayat yang berada di dalam kompleks makam Syeikh Ahmad al-Mutamakkin ikut khusyuk berdoa, demikian halnya pelayat yang ada di luar kompleks makam. Seusai doa, ratusan pelayat yang sejak pagi menunggu di luar kompleks makam, akhirnya bisa masuk makam Kiai Sahal Mahfudz setelah pintu masuk dibuka untuk umum. Pada acara pemakaman tersebut, tampak hadir Bupati Pati Haryanto dan Wakil Bupati Budiyono, Kapolres Pati AKBP Bakharuddin Muhammad Syah, dan Komandan Kodim Pati/0718 Letkol Inf Hery Setiono. 

Banyak kalangan kehilangan atas wafatnya Mbah Sahal. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mantan Wapres Jusuf Kalla, dan MUI menyampaikan ucapan belasungkawa atas wafatnya Mbah Sahal. SBY mengucapkan belasungkawa melalui sambungan telepon dari tempatnya bermalam di tenda di Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dalam sambungan telepon itu, seperti dikutip dari situs Sekretariat Kabinet, Jumat (24/1), Presiden menyampaikan akan membantu keluarga dalam proses pemakaman Mbah Sahal yang dilaksanakan kemarin. Presiden SBY juga menyampaikan duka cita melalui akun Twitter-nya @SBYudhoyono. “Turut berduka atas meninggalnya KH Sahal Mahfudh, ulama yang mencintai & dicintai masyarakat. Semoga Allah SWT memberi tempat terbaik di Sisi-Nya,” kata SBY. Sementara PBNU menginstruksikan warga nahdliyin yang tidak bisa mengikuti salat jenazah dan pemakaman KH MA Sahal Mahfudh di Pati untuk melaksanakan salat ghaib di daerah masing-masing. “Mari kita berikan penghormatan terakhir kepada Kiai Sahal dengan melaksanakan salat ghaib,” kata Wasekjen PBNU Muhammad Sulthan Fatoni di Jakarta meneruskan instruksi Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. 

Jabatan terakhir yang disandang Mbah Sahal adalah Rais Aam Syuriah PBNU sejak 1999, ototritas tertinggi ulama NU, dan Ketua Umum MUI Pusat. Bukan hanya orang NU yang segan kepadanya, tapi orang lintas organisasi dan aliran. Buktinya, ia kerap didatangi tokoh dan pejabat. Saat dirawat di RS pekan lalu misalnya, Mbah Sahal sempat dijenguk mantan Wapres Jusuf Kalla. Mbah Sahal adalah generasi ketiga Ponpes Maslakul Huda. Ia mewarisi ponpes dari kakeknya, Kiai Mutamakkin. Ponpes tersebut terletak di lereng Gunung Muria, tepatnya di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Pati, Jawa Tengah. Kurang lebih 18 km sebelah utara Kota Pati. Tidak ada bangunan mewah di ponpes tersebut. Hanya beberapa gedung yang dipakai sebagai sekolah dan penginapan santri. Pada momen politik seperti pemilu, Mbah Sahal biasanya didatangi pejabat atau calon pejabat. Semua tamu berdalih beralasan hanya silaturahmi, tapi di balik itu tentu mereka berharap mendapat ‘restu’. Mbah Sahal tidak apolitis atau antipolitik. Tapi ia tahu betul bahwa aktivitas politik harus dibatasi. Geraknya tidak boleh membabi buta. Mbah Sahal pernah menyampaikan bahwa lembaga nonpolitik sudah seharusnya tidak terseret politik. MUI, misalnya, tidak boleh satu pun pengurus MUI atau pihak luar MUI yang membawa atau menunggangi organisasi untuk kepentingan politik. Menurut dia, akan sangat berbahaya jika ada pengurus yang mengatasnamakan MUI untuk menyalurkan aspirasi politiknya. “Jangan sampai ada yang menggunakan fatwa dalam wilayah politik. Fatwa berkaitan dengan kebenaran, sedangkan politik adalah urusan kemanusiaan,” kata Mbah Sahal semasa hidup. Mbah Sahal juga sangat kuat menjaga NU dari politik praktis. KH Hasyim Muzadi yang selama 10 tahun memimpin NU bersama Kiai Sahal mengatakan, sebagai pemimpin tertinggi NU, Kiai Sahal merupakan sosok kiai yang konsisten menjaga khittah NU. “Beliau selalu menyampaikan bahwa NU hendaknya berada tingkat ‘high politic’ bukan low politic (praktis), sekalipun di lapangan masih tumpang tindih karena secara fisik jamaah NU terbat politik praktis sebagai hak kewarganagaraan mereka,” katanya. (Agz)

Sumber Berita : http://dutaonline.com/?p=3130
Sumber Foto : http://dutaonline.com/?p=3130, http://www.tokohindonesia.com/lintas-berita/search/kh%20maskhoer/1
Share on Google Plus

About SLB Bhakti Pertiwi

SLB Bhakti Pertiwi adalah tempat belajar dan mengembangkan diri bagi Anak-Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Sekolah ini berada dibawah naungan LP Ma'arif NU DIY dan Dinas Dikpora DIY. Sekolah terletak di Bokoharjo, Prambanan, Sleman, DIY. Visi sekolah adalah terciptanya ABK yang taqwa, terampil, mandiri, dan mampu bersosialisasi dengan lingkungan.

0 coment�rios :